perkapita pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 3.961.955,24,- pada tahun 2005 menjadi Rp. 4.860.670,99,- atau naik sebesar 22,68 persen.
Sejarah Singkat
BOMBANA dikenal sebagai wilayah yang dihuni oleh Suku 'Moronene' sebagai penduduk asli, salah satu etnis terbesar di Sulawesi Tenggara, dimitoskan sebagai Negeri Dewi Padi (Dewi Sri). Konon, sang dewi pernah turun di sebuah tempat yang belakangan disebut Tau Bonto (saat ini lebih dikenal dengan penulisan Taubonto, ibukota Kecamatan Rarowatu). Dalam Bahasa Moronene, 'tau bonto' berarti tahun pembusukan, karena ketika Dewi Padi itu turun di tempat tersebut, produksi padi ladang melimpah ruah sehingga penduduk kewalahan memanennya. Akibatnya, banyak padi tertinggal dan membusuk di ladang. Padahal, luasan ladang yang dibuka tak seberapa, hanya beberapa hektare saja untuk setiap keluarga.
Taubonto menjadi pusat pemerintahan pada zaman kekuasaan mokole, gelar raja di wilayah Moronene pada masa lalu. Di masa pemerintahan swapraja Buton pascakemerdekaan, wilayah kekuasaan mokole berubah menjadi wilayah distrik dan selanjutnya sekarang menjadi kecamatan. Secara historis, wilayah Moronene di daratan besar jazirah Sulawesi Tenggara mencakup sebagian Kecamatan Watubangga di Kabupaten Kolaka sekarang. Namun, yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Buton (waktu itu) hanya Kecamatan Poleang dan Kecamatan Rumbia. Saat itu telah berkembang menjadi empat kecamatan. Dua kecamatan tambahan sebagai hasil pemekaran adalah Poleang Timur dan Rarowatu. Kecamatan Rarowatu berpusat di Taubonto. Pulau Kabaena juga termasuk wilayah Moronene, sebab penduduk asli pulau penghasil gula merah itu adalah suku Moronene. Meski demikian, pemerintahan Mokole di Kabaena bersifat otonom, tidak ada hubungan struktural maupun hubungan afiliatif dengan kekuasaan Mokole di daratan besar, akan tetapi hubungan kekerabatan di antara mokole dan rakyat sangat erat terutama bahasa dan budaya yang khas. Kekuasaan mokole di Kabaena berada di bawah kontrol Kesultanan Buton, seperti halnya mokole lainnya di daratan besar jazirah Sulawesi Tenggara. Sultan Buton menempatkan petugas keraton di Kabaena yang bergelar Lakina Kobaena. Karena itu secara struktural Kabaena lebih dekat dengan Buton, walaupun begitu secara kultural lebih dekat dengan Bombana, terkait budaya dan bahasa, serta ras.
Lokasi Kabupaten Bombana di Provinsi Sulawesi Tenggara
--------
Keadaan Wilayah
Luas Wilayah
Kabupaten Bombana mempunyai wilayah daratan seluas 2.845,36 km² atau 284.536 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas 11.837,31 km².
Letak Geografis
Kabupaten Bombana terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara antara 4°30' – 6°25' Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur antara 120°82' – 122°20' Bujur Timur.
Bupati Drs. H. Atikurahman, MS
----------
Batas wilayah
Wilayah Kabupaten Bombana berbatasan dengan:
Utara Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Selatan
Selatan Laut Flores
Barat Teluk Bone
Timur Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton
Kabupaten Bombana sebelumnya menjadi bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Buton, namun pada tahun 2003 wilayah ini resmi berdiri menjadi sebuah daerah otonom.
Kabupaten Bombana Tahun 2010 terdiri dari 22 kecamatan, yaitu:
Kecamatan Kabaena
Kecamatan Kabaena Timur
Kecamatan Kabaena Barat
Kecamatan Kabaena Utara
Kecamatan Kabaena Selatan
Kecamatan Kabaena Tengah
Kecamatan Poleang
Kecamatan Poleang Barat
Kecamatan Poleang Timur
Kecamatan Poleang Tenggara
Kecamatan Poleang Utara
Kecamatan Poleang Selatan
Kecamatan Poleang Tengah
Kecamatan Tontonunu
Kecamatan Rarowatu
Kecamatan Rarowatu Utara
Kecamatan Lantari Jaya
Kecamatan Mata Usu
Kecamatan Rumbia
Kecamatan Rumbia Tengah
Kecamatan Masaloka Raya
Kecamatan Mata Oleo
Pjs. Bupati Kabupaten Bombana yang pertama adalah dr. Syafiuddin Dullah, mantan Wakil Direktur Rumah Sakit Daerah Sulawesi Tenggara, sedangkan Bupati hasil pemilihan langsung tahun 2005 adalah Dr. H. Atikurrahman, MS. Kemudian, berdasarkan pemilihan langsung tahun 2011, digantikan oleh H. Tafdil sebagai Bupati Bombana dengan Hj. Masyhura Illadamay sebagai Wakil Bupati periode 2011-2016.
Pusat pemerintahan Bombana di Rumbia sekitar 200 meter dari Selat Kabaena. Kota ini telah dialiri listrik PLN selama 24 jam.
Pemerintahan Desa
Pada tahun 2005 di Kabupaten Bombana terdapat 67 Desa dan 12 Kelurahan, dengan klasifikasi sebanyak 28 Desa/Kelurahan atau 35,44 persen merupakan desa swadaya, 25 Desa/Kelurahan atau 31,65% merupakan desa swakarya serta 26 Desa/Kelurahan termasuk kriteria desa swasembada.
Kabupaten Buton
Kabupaten Buton adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kabupaten Buton terletak di Pulau Buton yang merupakan pulau terbesar di luar pulau induk Kepulauan Sulawesi, yang menjadikannya pulau ke-130 terbesar di dunia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Pasar Wajo. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.488.71 km² (sebelum pemekaran 6.463 km²) dan pada tahun 2004 berpenduduk sebanyak 265.724 jiwa (sebelum pemekaran 533.931 jiwa). Kabupaten Buton terkenal sebagai penghasil aspal.
Sejarah Pembagian Kabupaten Buton
Pada awalnya Kabupaten Buton dengan ibukota Baubau memiliki wilayah pemerintahan adalah bekas kerajaan Buton atau Kesultanan Buton, yaitu meliputi sebagian wilayah pulau Buton, sebagian wilayah pulau Muna, sedikit bagian pulau Sulawesi serta pulau-pulau yang ada di bagian selatan pulau Buton. Sekarang dengan adanya pemekaran daerah, wilayah itu terbagi menjadi beberapa wilayah kabupaten, yaitu:
( id.wikipedia)